Saya pastikan bahwa tulisan di blog saya ini sebisa mungkin saya buat se-kreatif mungkin. Termasuk dalam membuat kategori postingan, saya tidak pernah mencontoh blog lainnya. Saya usahakan dengan memposting sesuai pengunjung blog saya yang untuk cara mengetahuinya tidak bisa saya beritakukan, karena tiap orang pasti punya rahasia dapur sendiri.
Kalaupun kadang berkunjung pada blog lainnya, saya juga melakukannya sesuai kebutuhan, bukan ikut-ikutan orang lain untuk mengunjungi blog yang mungkin sedang viral dalam hitungan hari, minggu atau bulan saja, setelah itu tenggelam kembali.
Saya suka belajar pada mereka yang konsisten dengan produksi kontennya, dibanding harus mengikuti “trend” yang berkembang, lalu menggunakannya untuk diterapkan pada blognya. Waduh, itu bukan saya banget. Meski terkesan biasa-biasa saja, saya lebih bangga untuk menjadi diri saya sendiri. Apa yang dibutuhkan oleh pengunjung blog, maka saya tulis di postingan berikutnya. Se simpel itulah sebenarnya kegiatan blogging ini.
Banyak orang yang kadang dengan bahasa “tingginya” seolah mengetahui segalanya, hanya berdasarkan sudah membaca banyak buku saja. Dengan bangganya menyebutkan nama-nama orang yang tersohor berikut dengan buah-buah pikirannya.
Apa ini hebat? Bagi sebagian orang iya. Tapi bagi sebagian yang lain biasa saja.
Bagi saya pribadi (mungkin bisa jadi berbeda menurut Anda) yang kreatif adalah mereka yang bisa menuliskan pikiran orisinil dari dalam dirinya. Yang sederhana saja, yang penting asli dari sumber dan gaya penulisannya sendiri. Tidak harus lah kita melakukan sesuatu agar terlihat lebih, karena itu akan “melelahkan” tenaga dan hati kita.
Seperti seorang seniman, bagaimana ia menggunakan insting, ini yang harus kita pelajari. Apakah seorang seniman tidak suka baca buku, sehingga apa yang keluar dalam mulut dan tulisannya “jarang mengutip” cara berpkir orang lain? Oh…jangan dikira. Untuk menjadi kreatif itu prosesnya panjang dan berkesinambungan.
Tidak cukup seseorang dianggap kreatif, jika apa yang dia tulis kebanyakan adalah hasil pemikiran orang lain. Lalu, bagaimana biasanya yang dihasilkannya? Ya, mereka biasanya memproduksi banyak karya dengan sasaran yang berbeda. Ada yang untuk mengyasar kalangan akademik, menengah, awam bahkan sangat awam sekalipun. Nah, untuk menyasar target tersebut kan bukan hal yang mudah. Tidak cukup hanya dengan membaca dan menuliskannya ulang untuk pembaca.
Atau bagi seorang yang belajar ilmu bahasa, yang pertama harus ditanamkan adalah bagaimana menumbuhkan semangat menulis. Bukan menunjukkan bahwa sang guru adalah ahli dalam segala hal. Karena apa? Kita tahu penulis pemula ini kan niat dan prakteknya angin-anginan. Maka yang harus ditanamkan pada mereka lebih dulu adalah bagaimana mereka bisa semangat menulis.
Dalam beberapa kali kesempatan dan tulisan, saya sering menyampaikan bahwa syarat menulis paling minimal itu harus memenuhi 2 kriteria saja. Apa itu?
- Menyenangkan
Ini sangat fundamental. Karena rasa senang saat menulis percuma lah meski setiap hari ia harus tinggal berdua dengan seorang penulis sekalipun. Dengan memiliki passion menulis seseorang akan punya banyak alasan untuk tetap menjadi penulis. Meskipun misalnya; naskah tak kunjung diterima penerbit, proyek penulisan sepi, komisi pun belum dibayar, dsb…. tapi ia tetap menjadikan profesi penulis sebagai profesi utama.
- Menghasilkan
Ini adalah faktor penyeimbang dari sebelumnya. Jika yang pertama itu berada diatas awan, ini benar-benar harus berpijak diatas bumi. Ya, untuk bisa tenang menulis saya akui kita harus punya cadangan untuk hidup dalam jangka waktu tertentu. Karena menulis ini adalah profesi yang banyak menggunakan pikiran. Pikiran kita akan tenang saat hal yang paling dasar – dapur kita bisa mengebul – itu ada.
Cukup mudah kan kriterianya?
Mudah sekali. Tapi memang dalam prakteknya tidak semudah itu. karena kadang mereka yang sudah bertahun-tahun menjadi penulis faktor pertamanya berkurang. Sebaliknya mereka yang baru mulai menulis, biasanya meninggalkan profesi mulia ini karena faktor keduanya tak kunjung datang.
Karena itu jika konten saya saat ini banyak berkutat tentang dua hal tersebut, karena memang saat ini problema yang dihadapi kebanyakan penulis di Indonesia – baik pemula atau yang telah berpengalaman – adalah berkutat tentang dua hal itu.
Meningkatkan kemampuan dan keahlian itu penting, tapi saat dua hal diatas belum terlaksana, arah untuk kesana sepertinya juga sangat berat.
Jika banyak penerbit yang mengeluhkan bahwa penjualan buku saat ini turun, karena mulai munculnya ebook atau referensi bacaan via online, sejatinya seorang penulis freelance pun sedang dalam usaha keras memahamkan pada calon klien, babhwa jasa penulisan dan pengetikan itu berbeda. Hemmm…….
Jadi mohon maaf bagi pengunjung blog ini, mungkin postingan saya di blog ini atau blog lainnya kurang terlihat wow, tapi cukup membuat Anda betah kan? Karena saya tahu berapa lama per kunjungan setiap kali ada orang berkunjung pada blog yang sangat sederhana ini.
Terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat. Jangan bosan untuk main-main lagi kesini ya……