PenulisKreatif.com – Buku We Need to Talk karya Celeste Headlee. Setiap orang perlu berbicara dengan orang lain. Karena dengan berbicara yang baik, maka komunikasinya dengan orang lain akan terjalin dengan baik. Tapi tidak semua orang bisa melakukannya, karena itu penting baginya untuk belajar tentang cara berbicara, salahsatunya dengan buku bacaan yang membahas tentang itu.
Misalnya dalam buku We Need to Talk karya Celeste Headlee digambarkan cara yang efektif untuk meningkatkan keterampilan kita dalam berbicara. Buku ini akan melatih kamu untuk melakukan percakapan yang baik dengan orang lain. Banyak orang yang meremehkan hal ini, padahal keterampilan berbicara sangatlah penting.
Bicara dengan orang lain dengan baik, mampu membawa kita menuju hubungan sosial yang lebih berarti. Selain itu, kita juga bisa memahami orang lain. Sehingga buku ini cocok dibaca bagi orang yang ingin meningkatkan passion mereka dalam berbicara, dan orang yang selama ini topik bicaranya hanya terbatas. Selain itu juga direkomendasikan untuk pembicara yang ingin menjadi pendengar yang baik.
Daftar Isi
7 Teknik Keterampilan Berbicara yang Harus Diperhatikan
-
Komunikasi sangat penting bagi setiap manusia, tetapi teknologi terkadang membuat lalai
Manusia merupakan organisme yang lebih unggul dibandingkan semua jenis tumbuhan dan hewan di luar sana. Hal ini dikarenakan manusia diberikan banyak kelebihan salah satunya, kemampuan komunikasi.
Adanya komunikasi akan meminimalisir kita dalam melakukan kegiatan fisik. Kegiatan fisik tersebut bisa kita ganti dengan ucapan dan mendengarkan lawan bicara. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, komunikasi antar personal mengalami gangguan.
Contohnya, penelitian terhadap kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi pada tahun 2010. Berdasarkan penelitian tersebut terungkap bahwa empati mahasiswa pada saat itu hanya 40%. Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa 30 tahun sebelumnya.
Sikap seperti itu, dikarenakan meningkatnya penggunaan teknologi dan merebaknya media sosial dikalangan masyarakat. Hal ini hanya mendorong terjadinya komunikasi singkat tanpa melahirkan rasa empati di dalam dirinya.
Penelitian lain dilakukan pada beberapa pasang orang yang saling tidak mengenal satu dengan lainnya. Mereka ditempatkan pada suatu ruangan. Kemudian mereka dipersilahkan untuk melakukan obrolan. Peneliti meletakkan handphone di dalam satu ruangan, sedangkan ruangan lain tidak diberikan handphone.
Hasil penelitan tersebut menunjukkan adanya handphone di dalam ruangan jelas mengganggu komunikasi antar pasangan. Hal ini jelas menjadi faktor negatif dalam berkomunikasi. Sedangkan pada ruangan tanpa adanya handphone, setiap pasangan mampu mengenal satu dengan yang lain lebih baik, dan mampu menumbuhkan rasa empati pada diri mereka.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Meninggalkan handphone ketika berkomunikasi dengan orang lain, adalah salah satu cara kecil jika kita inginkan komunikasi yang baik. Hal yang paling efektif adalah membuat mindset serius pada saat berkomunikasi.
Jika kamu sendiri yang mempunyai masalah dengan komunikasi, maka jangan sekali-kali menyalahkan orang lain. Kamu harus sadar diri dan mulai belajar mencari topik yang menarik untuk memulai suatu percakapan dengan orang lain. Ini adalah point penting Buku We Need to Talk karya Celeste Headlee.
-
Mencari kesamaan dan kamu akan mampu melakukan percakapan yang paling sulit
Apakah kamu suka menghindar dari percakapan yang sulit dan terkesan serius? Banyak orang yang menghindarinya, tetapi faktanya percakapan seperti ini sangat menarik.
Contohnya kasus Xernona Clayton yang merupakan pengusaha yang bergerak dibidang hak sipil AS serta kepala program perencaan kota Atlanta. Lalu, dia mendapatkan rekan kerja yang bernama Calvin Craig yang merupakan pegawai di Ku Klux Klan.
Walaupun Xernona Clayton mengetahui bahwa rekannya bekerja disana, dia tetap berperilaku secara professional. Pada saat semua bersitegang, Clayton dan Calvig tetap berhubungan, dengan Craig yang sering mengunjungi kantor Clayton.
Hingga pada tahun 1968, Craig berhenti dari Ku Klux Klan dan mempererat hubungan komunikasi yang dia bangun bersama Clayton.
Berdasarkan contoh diatas kita dapat mengetahui bahwa dalam membangun sebuah komunikasi dengan sudut pandang yang berbeda sangat sulit. Sehingga kita butuh sesuatu yang menarik untuk dikomunikasikan. Akan tetapi, semakin bertambahnya hari, kita akan ditanamkan sebuah mindset yang mengatakan bahwa, kita tidak mampu berkomunikasi dengan orang yang tidak satu pemikiran dengan kita.
Sesungguhnya tidak ada salahnya untuk mencoba mendekatkan jurang pemisah tersebut. Hal ini dikarenakan setiap manusia mempunyai pemikiran sendiri. Oleh karenanya, jika kita melakukan hubungan komunikasi dengan orang yang tidak sefrekuensi dengan kita, hendaknya kita tetap menghormati mereka.
Selain menghormati, berkomitmen dengan percakapan harus dilakukan. Kita harus menjadi pendengar yang baik dan mempunyai rasa empati atas apa yang mereka katakan. Contohnya saja Clayton yang mampu mengubah mindset Craig, hanya dengan menjadikan Craig teman berbicara yang menyenangkan.
-
Jangan menunjukkan sikap serba tahu
Banyak kesalahan percakapan yang telah dilakukan manusia, termasuk penulis. Pada suatu saat penulis didatangi oleh temannya yang baru saja kehilangan seorang ayah. Lalu, penulis mencoba untuk menghiburnya dengan menceritakan pengalamannya dimasa lalu saat ayahnya meninggal. Sontak temannya pun tersinggung dan kesal kepada penulis. Tentu saja bukan itu respon yang penulis harapkan.
Hal itulah yang biasa dilakukan oleh kita. Charles Derber menyebut masalah ini sebagai “conversational narcissism”. Menurut Deber terdapat dua tipe respon pada saat berbincang, yakni respon berubah dan respon dukungan. Dan yang penulis dapatkan termasuk respon berubah.
Mengapa bisa demikian?
Peristiwa tersebut membuat orang yang tadinya menginginkan kita menjadi pendengar berbalik menjadi mereka yang mendengarkan kita. Hal ini kurang baik. Sehingga jalan keluarnya kita harus tetap fokus mendengarkan apa yang mereka sampaikan atau disebut respon dukungan.
Akan tetapi, menerapkan respon dukungan tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini karena setiap manusia mempunyai masalah kehidupan yang berbeda. Sedangkan menceritakan pengalaman pribadi kepada orang lain akan terucap secara refleks dari mulut kita. Inilah sebenarnya hakikat dari rasa empati kita kepada orang lain.
Dengan terlalu sering kita merasa tidak tahu dan tidak mengalami hal yang serupa, pada hakikatnya adalah langkah awal yang bisa diterapkan untuk membangun kepercayaan.
-
Pembicaraan tidak didasari oleh pertanyaan, akan tetapi mendengarkan apa yang dikatakan
Kita mungkin sempat berfikir, jika kita akan memulai pembicaraan dengan orang lain, maka harus ada yang kita tanyakan terlebih dahulu. Adanya banyak pertanyaan tersebut bisa membuat kita menjawabnya dengan ulasan panjang dan lebar. Tetapi sebetulnya hal itu tidak perlu kita lakukan.
Sebenarnya kita cukup mengajukan satu kalimat tanya dari enam kalimat tanya yang ada, yaitu siapa, kapan, dimana, bagaimana, mengapa, dan apa. Dari satu kata tersebut maka akan menumbuhkan rasa keterbukaan.
Kata sederhana itu tidak akan mampu dijawab hanya dengan pernyataan “iya atau tidak”. Hal tersebut akan mendorong mereka untuk menjelaskan hal-hal yang terjadi di kehidupan mereka.
Pertanyaan tersebut akan mampu mencairkan suasana dan menghilangkan keheningan ketika berbicara. Akan tetapi kita juga perlu mendengarkan kisah mereka dengan memberikan jeda terhadap apa yang akan kita tanyakan. Hal ini akan membuat mereka merasa dihargai dan didengarkan.
Kita juga harus menghindari pikiran yang membuat kita tidak fokus kepada mereka. Contohnya pada saat mereka bercerita, kita malah berfikir tentang pertanyaan apa yang selanjutnya harus disampaikan. Hal ini membuat kita tidak memperhatikan mereka. Lebih baik kita mendengarkan terlebih dahulu hingga selesai dan biarkan pembicaraannya mengalir.
-
Menjadi pendengar butuh keterampilan dan partisipasi aktif
Banyak orang yang berfikiran bahwa mereka telah menjadi seorang pendengar yang baik ketika diajak berkomunikasi. Akan tetapi, dalam diri mereka sendiri terkadang tersebit rasa ragu karena gangguan dari teknologi.
Contoh sederhananya, ketika rapat tiba-tiba ada pemberitahuan email dari ponsel. Secara tidak langsung kita akan memeriksa email tersebut, walaupun kita berada di dalam forum. Hal inilah yang membuat fokus menjadi pendengar yang baik terganggu.
Menjadi pendengar yang baik tentu perlu latihan. Dengan melakukan latihan secara kontinyu, akan mampu meningkatkan kualitas kita untuk menjadi pendengar.
Hal awal yang dilakukan yaitu berkomunikasi bukan saja lewat perkataan, akan tetapi gestur serta nada suara juga merupakan bentuk lain dalam komunikasi. Memperhatikan nada bicara atau intonasi serta gestur secara seksama, akan membuat kita mampu memahami tentang apa yang berusaha disampaikan mereka kepada kita.
Cara lain yaitu dengan mencari tahu perkataan mereka atau meringkas apa yang mereka katakan. Hal ini akan membuat kita menjadi fokus menyimak pembicaraan mereka.
-
Saat kita berbicara, kita juga harus peka kepada pendengar
Peka pendengar ketika kita menjalin komunikasi juga merupakan hal yang penting. Karena memperhatikan orang lain berbicara terkadang juga membuat bosan dan ingin rasanya untuk memotong apa yang dikatakan.
Ada tiga acara untuk menghindari kebosanan pendengar, yaitu bicaralah yang singkat, jangan ulang pembicaraan, dan hindari penjelasan yang terlalu detail.
Berbicara singkat penting dalam sebuah percakapan. Hal ini dikarenakan manusia hanya bisa fokus mendengarkan dalam waktu pendek. Sehingga jika kita telalu banyak bicara maka fokus pendengar akan teralihkan.
Selanjutnya kita tidak boleh berpikiran untuk mengulang-ulang apa yang telah kita bicarakan. Penelitian menunjukkan bahwa tujuan pembicara mengulang perkataan agar pendengar jauh lebih paham. Fakta yang terjadi justru sebaliknya, audien akan mengabaikan kita.
Terakhir, jangan sampaikan hal yang terlalu mendetail. Hal ini dikarenakan jika kita terlalu menceritakan sesuatu hingga terperinci bisa membuat pendengar kehilangan makna dari apa yang kita sampaikan.
-
Melakukan percakapan yang baik dan bermanfaat bagi orang lain perlu kerja keras
Percakapan yang membawa manfaat tidak serta merta hadir, melainkan juga perlu usaha dan kerja keras. Hal ini dikarenakan jika kita tidak mempersiapkan topik pembicaraan, kita akan merasa minder dan kurang percaya diri dalam pergaulan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa Arizona pada tahun 2010, menunjukkan bahwa dengan pembicaraan terarah mampu membuat bahagia. Percakapan terarah dan terstruktur membuat siswa lebih bersikap ramah. Ada juga siswa yang tidak terlalu banyak bicara, akan tetapi mereka bisa bahagia. Siswa tersebut mempunyai topik pembicaraan yang sifatnya substantif.
Percakapan adalah hal yang perlu dilakukan oleh setiap manusia. Hal ini dikarenakan dengan melakukan percakapan, maka akan tumbuh rasa empati dalam diri setiap individu. Rasa empati inilah yang pada akhirnya akan membuat kita memahami apa yang dirasakan oleh orang lain.
Sikap empati dan fokus menjadi pendengar bagi orang lain akan membawa banyak manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang-orang disekeliling kita. Hal ini akan membawa sebuah kebahagian dimana penelitian menunjukkan bahwa orang yang bahagia cenderung memiliki umur panjang.
Kesimpulan:
Melakukan komunikasi adalah salah satu bentuk dari sikap sosial manusia. Akan tetapi, sejak merebaknya teknologi rasa komunikasi personalpun berkurang. Hal ini menyebabkan adanya kesenjangan dalam melakukan sebuah komunikasi.
Memulai komunikasi yang baik bisa dilakukan dengan memperhatikan lawan bicara kita dan berusaha menjadi pendengar yang baik.
Apa yang harus dilakukan?
- Buat komunikasi yang bermakna dengan pasangan.
- Fokus pada orang yang mengajak kita untuk berbicara tanpa melakukan hal lainnya.
- Berikan tanggapan yang bisa mendukung pada orang yang mengajak kita berbicara
Itulah pembahasan kita kali ini tentang Buku We Need to Talk karya Celeste Headlee.
Ingin memiliki bukunya ? Beli disini saja