Sangat anti mainstream kan judulnya? Seakan membandingkan dua hal yang tidak seimbang. Tapi jika dipikirkan ulang ada juga kok. Bagaimana bisa?
Begini. Saat seorang pemuda entah dia di posisi sebagai orang yang berada atau tidak mampu, ingin bermanfaat bagi sesame, maka menjadi sarjana (mempunyai keahlian khusus sesuai jurusan kuliah) adalah salahsatu caranya. Di sisi lain orang dengan kondisi yang sama, ia hanya ingin bahagia secara instan, maka pelariannya ke minuman keras, hingga akhirnya “naik tingkat” menjadi pengguna narkoba.
Karena itu benar ungkapan bijak bahwa hidup adalah pilihan. Tapi pilihan yang dimaksud adalah apa yang kita lakukan. Bukan apa-apa yang berada di luar control kita. Misalnya terlahir menjadi anak seorang yang kaya / miskin itu tentu bukan pilihan, tapi ketetapan dari Tuhan. Pilihannya adalah dengan semua yang ada pada diri kita, jalan mana yang akan kita pilih, baik atau buruk? Benar atau salah?
Karena menjadi sarjanan tidak hanya hak bagi mereka yang punya biaya dan kaya, karena begitu banyak cerita, mereka yang berangkat dengan keterbatasan ekonomi bisa meraih gelar sarjana bahkan lebih tinggi lagi. Begitu juga sebaliknya, mereka yang terperosok menjadi pemakai narkoba juga tidak semuanya pelarian dari kerasnya dunia, karena tidak sedikit mereka yang kaya raya juga melakukannya.
Lalu, bagaimana pilihan Anda pilih?
Ingat, hidup adalah pilihan. Semua tergantung keputusan Anda hari ini dan selanjutnya.
Semoga bermanfaat.